Tugas Mata Kuliah Arsitektur Pohon Pertemuan IV 2017 : Attim, Scarrone, Massrart
Dosen : Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D.
Yusuf Ardian S (07803)
Keragaman Fungsi Arsitektur Pohon
Arsitektur pohon merupakan ilmu yang mempelajari
model pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan yang dikarenakan untuk
mengetahui sifat-sifat tumbuhan dibalik pertumbuhannya yang beragam pada
tingkat spesies. Beratus ribu sampai jutaan spesies tumbuhan memiliki model
arsitektur yang berbeda-beda, dikarenakan sifat genetik yang diwariskan oleh
indukannya menyebabkan pohon tersebut memiliki fungsi khususnya tersendiri
dalam bahasan pokok arsitektur pohon. Dikarenakan adanya pewarisan sifat tersebut
itulah yang dapat mempermudah kita dalam hal mengenal dan mengetahui manfaat dari jenis-jenis
tumbuhan disekitar kita. Kriteria penggolongan model tersebut berdasarkan 8 hal, yaitu :
1. Axis monopodial/ Simpodial. Axis monopodial artinya kenampakan batang pokok
hanya satu, sedangkan axis simpodial batang pokoknya tampak lebih dari satu.
2.
Sifat pertumbuhan kontinyu/ritmik. Pertumbuhan kontinyu berarti
tidak memiliki periodesitas pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan ritmik berarti memiliki
periodesitas pada pertumbuhan.
3.
Titik tumbuh apikal terbatas/tidak terbatas. Pertumbuhan apikal berhenti
atau tetap lanjut setelah timbul fase generatif
4.
Distribusi daun spiralis/berseling(districhous). Duduk daun spiralis
biasanya dijumpai pada axis yang vertikal, sedangkan duduk daun berseling
biasanya dijumpai pada axis yang mendatar.
5.
Bunga terminalis/lateralis. Bunga terminalis letaknya di ujung axis cabang
atau batang, sedangkan bunga lateralis letaknya di ketiak daun
6.
Arah percabangan plagiotropik/orthotropik. Plagiotropik berarti arah
pertumbuhannya menuju ke samping, sedangkan orthotropik arahnya menuju ke atas.
7.
Cabang syllepsis cabang yang plagiotropis pertama terpanjang dan
terlebar dan prolepsis cabang orthotropis pertama terpendek dan tersempit
berupa sisik daun.
8.
Keluarnya cabang dari batang kontinyu/ritmik. Cabang kontinyu atau menerus
apabila cabang tumbuh pada batang pokok diikuti cabang-cabang lain dan tidak
jelas keberulangannya, sedangkan cabang ritmik apabila beberapa cabang tumbuh
pada cabang pokok secara berulang dan jelas terlihat.
Halle dan Oldeman (1978) telah mendeskripsikan model-model arsitektur
pohon hutan terdiri atas 23 model untuk jenis-jenis pohon dan tumbuhan hutan
lainnya dijumpai sebagai model pada pohon-pohon hutan di wilayah tropika. Dijelaskan lebih lanjut bahwa arsitektur
pohon merupakan abstraksi dari genetik oleh suatu tumbuhan sejak mengawali
pertumbuhannya, arsitektur pohon berbeda pengertian dengan pola pertumbuhan,
habitus dan bentuk-bentuk tajuk.
Arsitektur adalah bentuk dari produk akhir dari suatu pola perilaku
pertumbuhan meristem apikal, ukuran atau habitus bukan merupakan faktor pembeda
karena pohon dengan herba dapat saja memiliki hasil akhir pola perilaku
pertumbuhan yang sama. Setiap jenis pohon memiliki satu model arsitektur yang
tetap, tetapi satu model arsitektur dapat dimiliki oleh berbagai jenis pohon
dari family yang sama atau berbeda. Selain itu dalam penggolongan model
arsitektur yang sudah disebutkan diatas ternyata masih ada karakteristik khas
lainnya, yaitu :
1.Pohon yang tidak bercabang yaitu bagian vegetatif pohon hanya
terdiri dari satu aksis dan disusun sebuah meristem soliter.
2.Pohon bercabang dengan aksis vegetatif yang ekuivalen dan
ortotropik.
3.Pohon bercabang dengan aksis vegetatif yang nonekuivalen.
4.Pohon bercabang dengan aksis vegetatif campuran yaitu ekuivallen dan
nonekuivalen.
Dalam pembelajaran model arsitektur pohon didapatkan manfaat tidak
hanya untuk mengenal beberapa jenis tumbuhan, tetapi dapat juga untuk pembangunan
lanskap kota atau ruang terbuka hijau (RTH), memperbaiki suatu permasalahan
lingkungan akibat bencana yang dibuat oleh manusia atau alami oleh alam, sebagai
pembantu penyeimbang dalam ekosistem. Pada tiap manfaat tersebut memilki ciri
khas tersendiri pada tiap tumbuhan sebagai solusi pada tiap-tiap masalah.
Pembangunan yang terjadi saat ini lebih berorientasi pada pemenuhan
ruang-ruang kota dengan fasilitas maupun sarana prasarana berupa kawasan
terbangun yang berisi bangunan fisik yang tidak diimbangi dengan ketersediaan
ruang terbuka yang memadai khususnya ruang terbuka hijau. Aktivitas pembangunan
yang tidak seimbang ini dapat berdampak negatif bagi kondisi lingkungan (Rahmy,
dkk. 2012) hal ini dikarenakan pada kondisi tertentu lingkungan tidak dapat
mendukung maupun mengakomodasi aktivitas perkotaan secara berlebihan sehingga
mengakibatkan kualitas lingkungan menjadi terganggu. Ruang terbuka hijau
memiliki beberapa manfaat penting bagi suatu kota utamanya dalam menjamin
terpeliharanya kualitas lingkungan kota disamping manfaat lain berupa manfaat
sosial, ekonomi maupun perannya dalam meningkatkan kualitas visual dan estetika
kota (Brahmantyo, dkk. 2012).
Penerapan dalam konservasi tanah dan air, konsep model arsitektur
dipandang memiliki peranan penting dalam proses transformasi dan translokasi
air hujan yang berlangsung pada setiap pohon, terutama dalam kawasan hutan.
Peranan masing-masing pohon dengan model arsitektur beragam akan berbeda pula
dalam proses transformasi dan translokasi air hujan. Sebagai contoh, vegetasi
secara umum akan mengurangi laju erosi tanah tetapi besarnya penurunan laju
erosi tanah tergantung pada jenis dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi
vegetasi daerah tersebut (Arrijani, 2006).
Berikut merupakan contoh beberapa model arsitektur pohon :
1. Model Attim
Bentuk model Attim mirip dengan Model Rauh, tetapi perbadaan keduanya
terletak pada cabang-cabang yang tumbuh terus-menerus dan batang pokoknya
mempunyai pertumbuhan yang terus-menerus juga. Model Attim memiliki batang
monopodial, morfogenetik batangnya ekivalen, arah percabangannya
orthotropik, memiliki banyak cabang
sehingga cocok juga digunakan untuk tempat perkembangbiakan satwa, letak bunga
selalu lateral. Contoh spesies model attim yaitu tumbuhan mangrove seperti
bakau (Rhizophora spp.), Ampupu (Eucalyptus globulus). Pada model ini memiliki diameter
tajuknya lebih lebar sehingga kapasitas penampungan serta penghambat laju air
hujan besar. Sedangkan pada kawasan pantai tanaman bakau mampu mencegah abrasi,
karena percabangan akarnya banyak dan rapat sehingga mampu menangkal kuatnya
ombak yang cukup kencang.
2. Model Scarrone
Model Scarrone mempunyai ciri-ciri batang pokok pertumbuhan berirama
(rithmic), tidak terbatas (unlimited) dan monopodial. Cabang-cabang ortotropik,
simpodial, bunga-bunga di ujung cabang (terminal). Pohon yang memiliki model scarrone
antara lain : mangga (Mangifera indica), pandan (Pandanus sp), jambu mete (Anacardium
occidentale), kedondong (Spondias pinnata), johar (Cassia siamea), waru ( Hibiscus
tiliacans). Seperti jambu mete yang tajuknya lebat sehingga mengurangi jatuhnya
air ke tanah, serta dapat juga dimanfaatkan buahnya yang mudah dikonsumsi.
Model scarrone juga mampu memperlancar stemflow. Massa air menjadi berkurang
karena adanya intersepsi yang tinggi. Percabangan rithmic yang membentuk karangan
dan pertumbuhan cabang tidak terbatas akan mampu memperlambat curah tajuk
(throughfall).
3. Model Massrart
Model Massrart merupakan model percabangan batang yang memiliki ciri
batang monopodial ortotrop, pertumbuhan ritmis, unlimited cabang-cabang
monopodial. Cabang bersifat plagiotrop. Cabang dapat bersifat simpodial atau
monopodial, bunga-bunga axillaris pada cabang, cabang pertumbuhan tidak
terbatas. Contoh dari model ini yaitu pohon randu (Ceiba pentandra), keruing (Dipterocarpus),
pala (Myristica fragrans), eboni (Diospyros spp.), Araucaria calumnaris dan
damar (Agathis loranthifolia). Model arsitektur model tersebut dalam konservasi
tanah dan air yaitu terkait dengan fungsi pohon dalam mentransformasi air hujan
menjadi aliran batang, curahan tajuk, aliran permukaan, dalam pencegahan erosi
sangat tepat. Model batang yang plagiotrop sehingga mengurangi jatuhnya air
hujan ke tanah .
DAFTAR PUSTAKA
Arrijani, 2006. Model arsitektur pohon
pada Hulu DAS Cianjur Zona Sub-Montana Taman Nasional gunung Gede Pangrango,
Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Brahmantyo, T. Kustiwan, I. 2012.
Evaluasi Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Infrastruktur Hijau di Kota
Bogor dan Cirebon. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota, 2(1): 54-60.
Halle, F.,R.A.A, Oldeman and
P.B.Tomlinson.1978.Tropical Trees and Forest, An Architectural Analysis.
Springer-verlag. Germany - Heidelberg – NewYork.
Rahmy, W.A. Faisal, B. Soeriaatmaja,
A.R. 2012. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Padat Penduduk Studi
Kasus Wilayah Tegallega Bandung. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 1 No.1
Juli 2012 hal 28-38.
Wiyono. 2009. Arsitektur Pohon. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment