Saturday, March 18, 2017

Tugas Mata Kuliah Arsitektur Pohon Pertemuan IV 2017 : Attim, Scarrone, Massrart

Dosen : Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D. 

Yusuf Ardian S (07803)


Keragaman Fungsi Arsitektur Pohon

Arsitektur pohon merupakan ilmu yang mempelajari model pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan yang dikarenakan untuk mengetahui sifat-sifat tumbuhan dibalik pertumbuhannya yang beragam pada tingkat spesies. Beratus ribu sampai jutaan spesies tumbuhan memiliki model arsitektur yang berbeda-beda, dikarenakan sifat genetik yang diwariskan oleh indukannya menyebabkan pohon tersebut memiliki fungsi khususnya tersendiri dalam bahasan pokok arsitektur pohon. Dikarenakan adanya pewarisan sifat tersebut itulah yang dapat mempermudah kita dalam hal mengenal  dan mengetahui manfaat dari jenis-jenis tumbuhan disekitar kita. Kriteria penggolongan model tersebut berdasarkan 8 hal, yaitu :

1. Axis monopodial/ Simpodial. Axis monopodial artinya kenampakan batang pokok hanya satu, sedangkan axis simpodial batang pokoknya tampak lebih dari satu.
2. Sifat pertumbuhan kontinyu/ritmik.  Pertumbuhan kontinyu berarti tidak memiliki periodesitas pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan ritmik berarti memiliki periodesitas pada pertumbuhan.
3. Titik tumbuh apikal terbatas/tidak terbatas. Pertumbuhan apikal berhenti atau tetap lanjut setelah timbul fase generatif
4. Distribusi daun spiralis/berseling(districhous). Duduk daun spiralis biasanya dijumpai pada axis yang vertikal, sedangkan duduk daun berseling biasanya dijumpai pada axis yang mendatar. 
5. Bunga terminalis/lateralis. Bunga terminalis letaknya di ujung axis cabang atau batang, sedangkan bunga lateralis letaknya di ketiak daun 
6. Arah percabangan plagiotropik/orthotropik. Plagiotropik berarti arah pertumbuhannya menuju ke samping, sedangkan orthotropik arahnya menuju ke atas. 
7. Cabang syllepsis cabang yang plagiotropis pertama terpanjang dan terlebar dan prolepsis cabang orthotropis pertama terpendek dan tersempit berupa sisik daun.
8. Keluarnya cabang dari batang kontinyu/ritmik. Cabang kontinyu atau menerus apabila cabang tumbuh pada batang pokok diikuti cabang-cabang lain dan tidak jelas keberulangannya, sedangkan cabang ritmik apabila beberapa cabang tumbuh pada cabang pokok secara berulang dan jelas terlihat. 

Halle dan Oldeman (1978) telah mendeskripsikan model-model arsitektur pohon hutan terdiri atas 23 model untuk jenis-jenis pohon dan tumbuhan hutan lainnya dijumpai sebagai model pada pohon-pohon hutan di wilayah tropika.  Dijelaskan lebih lanjut bahwa arsitektur pohon merupakan abstraksi dari genetik oleh suatu tumbuhan sejak mengawali pertumbuhannya, arsitektur pohon berbeda pengertian dengan pola pertumbuhan, habitus dan bentuk-bentuk tajuk.  Arsitektur adalah bentuk dari produk akhir dari suatu pola perilaku pertumbuhan meristem apikal, ukuran atau habitus bukan merupakan faktor pembeda karena pohon dengan herba dapat saja memiliki hasil akhir pola perilaku pertumbuhan yang sama. Setiap jenis pohon memiliki satu model arsitektur yang tetap, tetapi satu model arsitektur dapat dimiliki oleh berbagai jenis pohon dari family yang sama atau berbeda. Selain itu dalam penggolongan model arsitektur yang sudah disebutkan diatas ternyata masih ada karakteristik khas lainnya, yaitu :

1.Pohon yang tidak bercabang yaitu bagian vegetatif pohon hanya terdiri dari satu aksis dan disusun sebuah meristem soliter.
2.Pohon bercabang dengan aksis vegetatif yang ekuivalen dan ortotropik.
3.Pohon bercabang dengan aksis vegetatif yang nonekuivalen.
4.Pohon bercabang dengan aksis vegetatif campuran yaitu ekuivallen dan nonekuivalen.

Dalam pembelajaran model arsitektur pohon didapatkan manfaat tidak hanya untuk mengenal beberapa jenis tumbuhan, tetapi dapat juga untuk pembangunan lanskap kota atau ruang terbuka hijau (RTH), memperbaiki suatu permasalahan lingkungan akibat bencana yang dibuat oleh manusia atau alami oleh alam, sebagai pembantu penyeimbang dalam ekosistem. Pada tiap manfaat tersebut memilki ciri khas tersendiri pada tiap tumbuhan sebagai solusi pada tiap-tiap masalah.
Pembangunan yang terjadi saat ini lebih berorientasi pada pemenuhan ruang-ruang kota dengan fasilitas maupun sarana prasarana berupa kawasan terbangun yang berisi bangunan fisik yang tidak diimbangi dengan ketersediaan ruang terbuka yang memadai khususnya ruang terbuka hijau. Aktivitas pembangunan yang tidak seimbang ini dapat berdampak negatif bagi kondisi lingkungan (Rahmy, dkk. 2012) hal ini dikarenakan pada kondisi tertentu lingkungan tidak dapat mendukung maupun mengakomodasi aktivitas perkotaan secara berlebihan sehingga mengakibatkan kualitas lingkungan menjadi terganggu. Ruang terbuka hijau memiliki beberapa manfaat penting bagi suatu kota utamanya dalam menjamin terpeliharanya kualitas lingkungan kota disamping manfaat lain berupa manfaat sosial, ekonomi maupun perannya dalam meningkatkan kualitas visual dan estetika kota (Brahmantyo, dkk. 2012).
Penerapan dalam konservasi tanah dan air, konsep model arsitektur dipandang memiliki peranan penting dalam proses transformasi dan translokasi air hujan yang berlangsung pada setiap pohon, terutama dalam kawasan hutan. Peranan masing-masing pohon dengan model arsitektur beragam akan berbeda pula dalam proses transformasi dan translokasi air hujan. Sebagai contoh, vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah tetapi besarnya penurunan laju erosi tanah tergantung pada jenis dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Arrijani, 2006).

Berikut merupakan contoh beberapa model arsitektur pohon :
1. Model Attim

Bentuk model Attim mirip dengan Model Rauh, tetapi perbadaan keduanya terletak pada cabang-cabang yang tumbuh terus-menerus dan batang pokoknya mempunyai pertumbuhan yang terus-menerus juga. Model Attim memiliki batang monopodial, morfogenetik batangnya ekivalen, arah percabangannya orthotropik,  memiliki banyak cabang sehingga cocok juga digunakan untuk tempat perkembangbiakan satwa, letak bunga selalu lateral. Contoh spesies model attim yaitu tumbuhan mangrove seperti bakau (Rhizophora spp.), Ampupu (Eucalyptus globulus). Pada model ini memiliki diameter tajuknya lebih lebar sehingga kapasitas penampungan serta penghambat laju air hujan besar. Sedangkan pada kawasan pantai tanaman bakau mampu mencegah abrasi, karena percabangan akarnya banyak dan rapat sehingga mampu menangkal kuatnya ombak yang cukup kencang.

2. Model Scarrone
Model Scarrone mempunyai ciri-ciri batang pokok pertumbuhan berirama (rithmic), tidak terbatas (unlimited) dan monopodial. Cabang-cabang ortotropik, simpodial, bunga-bunga di ujung cabang (terminal). Pohon yang memiliki model scarrone antara lain : mangga (Mangifera indica), pandan (Pandanus sp), jambu mete (Anacardium occidentale), kedondong (Spondias pinnata), johar (Cassia siamea), waru ( Hibiscus tiliacans). Seperti jambu mete yang tajuknya lebat sehingga mengurangi jatuhnya air ke tanah, serta dapat juga dimanfaatkan buahnya yang mudah dikonsumsi. Model scarrone juga mampu memperlancar stemflow. Massa air menjadi berkurang karena adanya intersepsi yang tinggi. Percabangan rithmic yang membentuk karangan dan pertumbuhan cabang tidak terbatas akan mampu memperlambat curah tajuk (throughfall).

3. Model Massrart
Model Massrart merupakan model percabangan batang yang memiliki ciri batang monopodial ortotrop, pertumbuhan ritmis, unlimited cabang-cabang monopodial. Cabang bersifat plagiotrop. Cabang dapat bersifat simpodial atau monopodial, bunga-bunga axillaris pada cabang, cabang pertumbuhan tidak terbatas. Contoh dari model ini yaitu pohon randu (Ceiba pentandra), keruing (Dipterocarpus), pala (Myristica fragrans), eboni (Diospyros spp.), Araucaria calumnaris dan damar (Agathis loranthifolia). Model arsitektur model tersebut dalam konservasi tanah dan air yaitu terkait dengan fungsi pohon dalam mentransformasi air hujan menjadi aliran batang, curahan tajuk, aliran permukaan, dalam pencegahan erosi sangat tepat. Model batang yang plagiotrop sehingga mengurangi jatuhnya air hujan ke tanah . 


DAFTAR PUSTAKA
Arrijani, 2006. Model arsitektur pohon pada Hulu DAS Cianjur Zona Sub-Montana Taman Nasional gunung Gede Pangrango, Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Brahmantyo, T. Kustiwan, I. 2012. Evaluasi Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Infrastruktur Hijau di Kota Bogor  dan Cirebon. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 2(1): 54-60.
Halle, F.,R.A.A, Oldeman and P.B.Tomlinson.1978.Tropical Trees and Forest, An Architectural Analysis. Springer-verlag. Germany - Heidelberg – NewYork.
Rahmy, W.A. Faisal, B. Soeriaatmaja, A.R. 2012. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Padat Penduduk Studi Kasus Wilayah Tegallega Bandung. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 1 No.1 Juli 2012 hal 28-38.
Wiyono. 2009. Arsitektur Pohon. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.